Ivan Clintoen Boetar-boetar

Today
Total
Online
0
11
0
widget
>

Minggu, 05 Juni 2011

Makalah Global Warming Or Pemanasan Global


Dampak bagi aktivitas manusia
Peningkatan aktivitas manusia di muka bumi telah mendorong terjadinya pemanasan global. Salah satu dampaknya adalah perubahan muka air laut (Sea Level Change). Diperkirakan terjadi kenaikan muka air laut 50 cm pada tahun 21001 (IPCC, 1992). Bagi negara kepulauan seperti Indonesia, meskipun perubahan muka air laut juga dipengaruhi oleh kondisi geologi lokal (tektonic), peningkatan muka air laut (Sea Level Rise) akan membawa dampak negatif yang cukup signifikan. Peningkatan muka air laut akan menggenangi banyak areal ekonomis penting seperti  permukiman dan prasarana wilayah, lahan pertanian, tambak, resort wisata, dan pelabuhan. Tergenangnya jaringan jalan penting seperti di pesisir utara Jawa, akan berpengaruh terhadap kelancaran transportasi orang dan barang. Sehingga akan terjadi perubahan pola aktivitas manusia secara signifikan.

Diproyeksikan 3.306.215 penduduk akan menghadapi masalah pada tahun 2070. Lima kota pantai seperti Medan, Jakarta, Semarang, Surabaya, dan Makasar akan menghadapi masalah serius karena kenaikan muka air laut setinggi 60 cm (ADB, 1994). Walaupun sebagian besar penelitian memfokuskan diri pada periode hingga 2100, pemanasan dan kenaikan muka air laut diperkirakan akan terus berlanjut selama lebih dari seribu tahun jika tingkat emisi gas rumah kaca telah stabil2. Demikian pula dengan perkiraan hilangnya 4 ribu pulau. Hal ini tentu akan merugikan Bangsa Indonesia karena sebagian penduduknya masih sangat membutuhkan sektor ril terutama lahan pertanian dan perkebunan.

Selain itu, penelitian dari Badan Meteorologi dan Geofisika menyebutkan, Februari 2007 merupakan periode dengan intensitas curah hujan tertinggi selama 30 tahun terakhir di Indonesia.

Peningkatan suhu udara sebesar 5oC berati peningkatan penguapan kelembapan tanah sebesar 30% yang mengeringkannya sehingga akan terjadi peningkatan penguapan air laut yang menyebabkan curah hujan meningkat secara global. Tetapi peningkatan curah hujan sekitar 12% tidak cukup untuk mengganti 30% penguapan dari tanah, sehingga daratan akan mongering. Maka kenaikan suhu 4oC sudah cukup untuk membawa kekeringan rutin ke litang tengah. Iklim kering pun meluas sekitar 35 derajat ke utara dan selatan khatulistiwa3.

Hal ini menandakan perubahan iklim yang disebabkan pemanasan global dan Indonesia yang

1Robin Baker, Fragile Science: The Reality Behind the Headlines (Jakarta: Ekuator Publika, 2004), hlm. 290
2Summary for Policymakers. (PDF) Climate Change 2007: The Physical Science Basis. Contribution of Working    Group I to the Fourth Assessment Report of the Intergovernmental Panel on Climate Change. Intergovernmental    Panel on Climate Change. URL diakses pada 02-02-2007
3Baker, op. cit., 292
terletak di equator, merupakan negara yang pertama kali merasakan dampak perubahan iklim tersebut. Dampak tersebut telah dirasakan yaitu pada 1998 menjadi tahun dengan suhu udara terpanas dan semakin meningkat pada tahun-tahun berikutnya.




Catatan:
L             Tolong periksa lagi penulisan dari saya karena mungkin ada kesalahan penggunaan huruf dan kata baku.
L             Juga dalam penulisan kutipan yang ada pada paragraph terakhir dalam sub bahasan di atas.
L             Sebenarnya ada lagi referensi buku dan artikel lainnya. Kalau mau pakai silahkan.


Dampak pemanasan global
Para ilmuan menggunakan model komputer dari temperatur, pola presipitasi, dan sirkulasi atmosfer untuk mempelajari pemanasan global. Berdasarkan model tersebut, para ilmuan telah membuat beberapa prakiraan mengenai dampak pemanasan global terhadap cuaca, tinggi permukaan air laut, pantai, pertanian, kehidupan hewan liar dan kesehatan manusia.
Cuaca
Para ilmuan memperkirakan bahwa selama pemanasan global, daerah bagian Utara dari belahan Bumi Utara (Northern Hemisphere) akan memanas lebih dari daerah-daerah lain di Bumi. Akibatnya, gunung-gunung es akan mencair dan daratan akan mengecil. Akan lebih sedikit es yang terapung di perairan Utara tersebut. Daerah-daerah yang sebelumnya mengalami salju ringan, mungkin tidak akan mengalaminya lagi. Pada pegunungan di daerah subtropis, bagian yang ditutupi salju akan semakin sedikit serta akan lebih cepat mencair. Musim tanam akan lebih panjang di beberapa area. Temperatur pada musim dingin dan malam hari akan cenderung untuk meningkat.
Daerah hangat akan menjadi lebih lembab karena lebih banyak air yang menguap dari lautan. Para ilmuan belum begitu yakin apakah kelembaban tersebut malah akan meningkatkan atau menurunkan pemanasan yang lebih jauh lagi. Hal ini disebabkan karena uap air merupakan gas rumah kaca, sehingga keberadaannya akan meningkatkan efek insulasi pada atmosfer. Akan tetapi, uap air yang lebih banyak juga akan membentuk awan yang lebih banyak, sehingga akan memantulkan cahaya matahari kembali ke angkasa luar, di mana hal ini akan menurunkan proses pemanasan (lihat siklus air). Kelembaban yang tinggi akan meningkatkan curah hujan, secara rata-rata, sekitar 1 persen untuk setiap derajat Fahrenheit pemanasan. (Curah hujan di seluruh dunia telah meningkat sebesar 1 persen dalam seratus tahun terakhir ini).[3] Badai akan menjadi lebih sering. Selain itu, air akan lebih cepat menguap dari tanah. Akibatnya beberapa daerah akan menjadi lebih kering dari sebelumnya. Angin akan bertiup lebih kencang dan mungkin dengan pola yang berbeda. Topan badai (hurricane) yang memperoleh kekuatannya dari penguapan air, akan menjadi lebih besar. Berlawanan dengan pemanasan yang terjadi, beberapa periode yang sangat dingin mungkin akan terjadi. Pola cuaca menjadi tidak terprediksi dan lebih ekstrim.
Tinggi muka laut
Perubahan tinggi rata-rata muka laut diukur dari daerah dengan lingkungan yang stabil secara geologi.
Perubahan tinggi rata-rata muka laut diukur dari daerah dengan lingkungan yang stabil secara geologi.
Ketika atmosfer menghangat, lapisan permukaan lautan juga akan menghangat, sehingga volumenya akan membesar dan menaikkan tinggi permukaan laut. Pemanasan juga akan mencairkan banyak es di kutub, terutama sekitar Greenland, yang lebih memperbanyak volume air di laut. Tinggi muka laut di seluruh dunia telah meningkat 10 - 25 cm (4 - 10 inchi) selama abad ke-20, dan para ilmuan IPCC memprediksi peningkatan lebih lanjut 9 - 88 cm (4 - 35 inchi) pada abad ke-21.
Perubahan tinggi muka laut akan sangat mempengaruhi kehidupan di daerah pantai. Kenaikan 100 cm (40 inchi) akan menenggelamkan 6 persen daerah Belanda, 17,5 persen daerah Bangladesh, dan banyak pulau-pulau. Erosi dari tebing, pantai, dan bukit pasir akan meningkat. Ketika tinggi lautan mencapai muara sungai, banjir akibat air pasang akan meningkat di daratan. Negara-negara kaya akan menghabiskan dana yang sangat besar untuk melindungi daerah pantainya, sedangkan negara-negara miskin mungkin hanya dapat melakukan evakuasi dari daerah pantai.
Bahkan sedikit kenaikan tinggi muka laut akan sangat mempengaruhi ekosistem pantai. Kenaikan 50 cm (20 inchi) akan menenggelamkan separuh dari rawa-rawa pantai di Amerika Serikat. Rawa-rawa baru juga akan terbentuk, tetapi tidak di area perkotaan dan daerah yang sudah dibangun. Kenaikan muka laut ini akan menutupi sebagian besar dari Florida Everglades.
Hewan dan tumbuhan
Hewan dan tumbuhan menjadi makhluk hidup yang sulit menghindar dari efek pemanasan ini karena sebagian besar lahan telah dikuasai manusia. Dalam pemanasan global, hewan cenderung untuk bermigrasi ke arah kutub atau ke atas pegunungan. Tumbuhan akan mengubah arah pertumbuhannya, mencari daerah baru karena habitat lamanya menjadi terlalu hangat. Akan tetapi, pembangunan manusia akan menghalangi perpindahan ini. Spesies-spesies yang bermigrasi ke utara atau selatan yang terhalangi oleh kota-kota atau lahan-lahan pertanian mungkin akan mati. Beberapa tipe spesies yang tidak mampu secara cepat berpindah menuju kutub mungkin juga akan musnah.
Kesehatan manusia
Di dunia yang hangat, para ilmuan memprediksi bahwa lebih banyak orang yang terkena penyakit atau meninggal karena stress panas. Wabah penyakit yang biasa ditemukan di daerah tropis, seperti penyakit yang diakibatkan nyamuk dan hewan pembawa penyakit lainnya, akan semakin meluas karena mereka dapat berpindah ke daerah yang sebelumnya terlalu dingin bagi mereka. Saat ini, 45 persen penduduk dunia tinggal di daerah di mana mereka dapat tergigit oleh nyamuk pembawa parasit malaria; persentase itu akan meningkat menjadi 60 persen jika temperature meningkat. Penyakit-penyakit tropis lainnya juga dapat menyebar seperti malaria, seperti demam dengue, demam kuning, dan encephalitis. Para ilmuan juga memprediksi meningkatnya insiden alergi dan penyakit pernafasan karena udara yang lebih hangat akan memperbanyak polutan, spora mold dan serbuk sari.

Referensi

  1. ^ a b c d Summary for Policymakers. (PDF) Climate Change 2007: The Physical Science Basis. Contribution of Working Group I to the Fourth Assessment Report of the Intergovernmental Panel on Climate Change. Intergovernmental Panel on Climate Change. URL diakses pada 02-02-2007
  2. ^ NASA: Global Warming to Cause More Severe Tornadoes, Storms, Fox News, August 31, 2007.
  3. ^ a b c Hart, John. "Global Warming." Microsoft® Encarta® 2006 [DVD]. Redmond, WA: Microsoft Corporation, 2005.
  4. ^ a b Soden, Brian J., Held, Isacc M. (01-11-2005). "An Assessment of Climate Feedbacks in Coupled Ocean–Atmosphere Models" (PDF). Journal of Climate 19 (14). URL diakses pada 21-04-2007.
  5. ^ Stocker, Thomas F.; et al. 7.5.2 Sea Ice. Climate Change 2001: The Scientific Basis. Contribution of Working Group I to the Third Assessment Report of the Intergovernmental Panel on Climate Change. Intergovernmental Panel on Climate Change. URL diakses pada 11-02-2007
  6. ^ Buesseler, K.O., C.H. Lamborg, P.W. Boyd, P.J. Lam, T.W. Trull, R.R. Bidigare, J.K.B. Bishop, K.L. Casciotti, F. Dehairs, M. Elskens, M. Honda, D.M. Karl, D.A. Siegel, M.W. Silver, D.K. Steinberg, J. Valdes, B. Van Mooy, S. Wilson. (2007) "Revisiting carbon flux through the ocean's twilight zone." Science 316: 567-570.
  7. ^ Marsh, Nigel, Henrik, Svensmark (November 2000). "Cosmic Rays, Clouds, and Climate" (PDF). Space Science Reviews 94: 215–230. DOI:10.1023/A:1026723423896. URL diakses pada 17-04-2007.
  8. ^ Climate Change 2001:Working Group I: The Scientific Basis (Fig. 2.12). URL diakses pada 08-05-2007
  9. ^ Hegerl, Gabriele C.; et al. Understanding and Attributing Climate Change. (PDF) Climate Change 2007: The Physical Science Basis. Contribution of Working Group I to the Fourth Assessment Report of the Intergovernmental Panel on Climate Change. Intergovernmental Panel on Climate Change. URL diakses pada 20-05-2007 Kutipan: Recent estimates (Figure 9.9) indicate a relatively small combined effect of natural forcings on the global mean temperature evolution of the seconds half of the 20th century, with a small net cooling from the combined effects of solar and volcanic forcings
  10. ^ Ammann, Caspar, et al. (06-04-2007). "Solar influence on climate during the past millennium: Results from ransient simulations with the NCAR Climate Simulation Model". Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States of America 104 (10): 3713–3718.
  11. ^ Scafetta, Nicola, West, Bruce J. (09-03-2006). "Phenomenological solar contribution to the 1900–2000 global surface warming" (PDF). Geophysical Research Letters 33 (5). DOI:10.1029/2005GL025539. L05708. URL diakses pada 08-05-2007.
  12. ^ Stott, Peter A., et al. (03-12-2003). "Do Models Underestimate the Solar Contribution to Recent Climate Change?". Journal of Climate 16 (24): 4079–4093. DOI:10.1175/1520-0442(2003)016%3C4079:DMUTSC%3E2.0.CO;2. URL diakses pada 16-04-2007.
  13. ^ Foukal, Peter, et al. (14-09-2006). "Variations in solar luminosity and their effect on the Earth's climate.". Nature. URL diakses pada 16-04-2007.
  14. ^ Changes in Solar Brightness Too Weak to Explain Global Warming. National Center for Atmospheric Research. URL diakses pada 13-07-2007
  15. ^ Lockwood, Mike, Claus Fröhlich. "Recent oppositely directed trends in solar climate forcings and the global mean surface air temperature". Proceedings of the Royal Society A. DOI:10.1098/rspa.2007.1880. URL diakses pada 21-07-2007.
  16. ^ Hansen, James Climatic Change: Understanding Global Warming. One World: The Health & Survival of the Human Species in the 21st Century. Health Press. URL diakses pada 2007-08-18
  17. ^ Summary for Policymakers. Climate Change 2001: The Scientific Basis. Contribution of Working Group I to the Third Assessment Report of the Intergovernmental Panel on Climate Change. Intergovernmental Panel on Climate Change. URL diakses pada 28-04-2007
  18. ^ Torn, Margaret, Harte, John (26-05-2006). "Missing feedbacks, asymmetric uncertainties, and the underestimation of future warming". Geophysical Research Letters 33 (10). L10703. URL diakses pada 04-03-2007.
  19. ^ Harte, John, et al. (30-10-2006). "Shifts in plant dominance control carbon-cycle responses to experimental warming and widespread drought". Environmental Research Letters 1 (1). 014001. URL diakses pada 02-05-2007.
  20. ^ Scheffer, Marten, et al. (26-05-2006]]). "Positive feedback between global warming and atmospheric CO2 concentration inferred from past climate change.". Geophysical Research Letters 33. DOI:10.1029/2005gl025044. URL diakses pada 04-05-2007.
  21. ^ Stocker, Thomas F.; et al. 7.2.2 Cloud Processes and Feedbacks. Climate Change 2001: The Scientific Basis. Contribution of Working Group I to the Third Assessment Report of the Intergovernmental Panel on Climate Change. Intergovernmental Panel on Climate Change. URL diakses pada 04-03-2007



<hanya buat bahan presentasi>

Apa ya, global warming itu?
Global warming atau pemanasan global adalah kejadian meningkatnya temperatur rata-rata atmosfer, laut dan daratan bumi. Sebenarnya niy, saat ini planet kita sedang menghadapi pemanasan yang cepat. Nah, selama 100 tahun terakhir, rata-rata temperatur bumi telah meningkat sebesar 0,6 derajat Celsius (1 derajat Fahrenheit). Para ilmuwan memperkirakan pemanasan bisa mencapai hingga 1,4 - 5,8 derajat Celsius (2,5 - 10,4 derajat Fahrenheit) pada tahun 2100.

Global warming terjadi akibat...
Menurut para ilmuwan, pemanasan global terjadi akibat aktivitas manusia itu sendiri! Karena yang menjadi penyebab utamanya adalah pembakaran bahan bakar fosil, seperti batu bara, minyak bumi, dan gas alam yang melepas karbondioksida serta gas-gas lainnya yang dikenal sebagai gas rumah kaca ke atmosfer. Ketika atmosfer semakin kaya akan gas-gas rumah kaca, maka ia semakin menjadi insulator yang menahan lebih banyak panas dari matahari yang dipancarkan ke bumi.

Global warming bisa mengakibatkan...
Berdasarkan penelitian yang selama ini dilakukan berbagai ilmuwan di dunia, pemanasan global bisa mengakibatkan daerah belahan bumi bagian utara menjadi memanas, sehingga gunung-gunung es akan mencair dan daratanpun akan mengecil. Selain itu, air akan lebih cepat menguap dari tanah yang mengakibatkan beberapa daerah akan menjadi jauh lebih kering, dan topan badai semakin memiliki kekuatan akibat penguapan air tersebut. Pemanasan global juga akan membawa dampak bagi tumbuhan dan hewan. Dengan adanya pemanasan ini, hewan cenderung untuk bermigrasi ke arah kutub atau ke atas pegunungan. Tumbuhan juga akan mengubah arah pertumbuhannya untuk mencari daerah baru. Tapiii... pembangunan manusia akan menghalangi perpindahan tersebut, sehingga spesies-spesies yang tidak mampu berpindah secara cepat kemungkinan juga akan musnah.

Yang bisa kita lakukan untuk mengendalikan global warming...
• Hemat energi
Penggunaan listrik ataupun bahan bakar yang berlebihan merupakan salah satu penyebab meningkatnya gas rumah kaca. Jadi, mulai sekarang kamu harus sangat cermat dalam penggunaan listrik. Jangan pernah lupa mematikan lampu, televisi dan radio setiap kali kamu selesai meggunakannya.

• Menanam pohon
Pohon mampu menyerap karbondioksida yang sangat banyak, dan menyimpan karbon tersebut di dalam kayunya. Makanya, jika daerahmu memiliki banyak tumbuhan ataupun pohon, rajin-rajin ya, merawatnya.

• Daur ulang
Coba deh, kamu mulai mencari tahu barang-barang apa saja yang bisa didaur ulang yang ada di sekitarmu. Dengan mendaur ulang, kamu bisa membantu menghemat penggunaan bahan baku produksi yang bisa meningkatkan gas rumah kaca.



Tidak ada komentar:

widgets